Satelittersebut adalah satelit komunikasi yang tidak memiliki sensor untuk memotret suatu area. Satelit sumberdaya alam sendiri menghasilkan citra yang merupakan gambar ataupun foto sebuah objek. Selanjutnya objek tersebut perlu mengalami proses interpretasi citra satelit atau pengenalan objek tersebut.
Fotoudara termasuk hasil penginderaan jauh yang dihasilkan oleh perekaman serentak menggunakan sensor kamera. Foto udara juga sering disebut dengan citra foto atau citra foto udara. Foto udara merupakan jenis citra penginderaan jauh yang pertama muncul, mulai digunakan saat perang untuk mengintai lokasi musuh dan medan perang. Dalam perkembangannya, foto udara kemudian dimanfaatkan untuk keperluan sipil, dengan wahana yang berkembang meliputi pesawat udara, balon udara, hingga gantole.
PemetaanMenggunakan Foto Udara - Pemetaan secara fotogrametri merupakan kegiatan pemetaan untuk memperoleh data misal pengukuran teristris, remote sensing, hingga citra satelit relatif masih sangat mahal dan memerlukan waktu lama dalam akuisisi datanya. Misalnya penggunaan citra satelit, informasi obyek spasial yang didapatkan
Produkdari penginderaan jauh secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu citra foto dan non foto. Citra foto disebut juga foto udara yang proses perekamanya menggunakan kamera dengan wahana pesawat. Sedangkan citra non foto lebih dikenal dengan citra satelit yang proses perekamannya menggunakan sensor non kamera dengan sistem penyiaman (scaning) yang menggunakan wahana satelit. Perbedaan karakteristik keduanya sebagaimana Tabel 1 di bawah ini.
Citrapenginderaan jauh dibedakan menjadi citra foto dan citra nonfoto. Yang termasuk citra nonfoto adalah . (Soal UN 2009) a. ultraviolet, inframerah, dan sistem termal b. sistem termal, sistem satelit, dan sistem radar c. inframerah, sistem termal, dan sistem radar d. ultraviolet, inframerah, dan sistem radar e. sistem satelit, sistem termal, dan inframerah Mapel Geografi,
CitraSatelit Tegak Resolusi Tinggi dan Foto Udara Peta Mudik 2019 SRGI Status Simpul Jaringan 310 Simpul Jaringan * Terakhir kali update 2 jam yang lalu Ina-Geoportal Metadata Data Terbanyak Data Terbaru Kabupaten Bantul Metadata: 1714 Provinsi Sumatera Selatan Metadata: 1189 Kabupaten Ogan Komering Ulu Metadata: 904 Kabupaten Sleman Metadata: 725
gtT4hjN. Foto Udara dan Citra Satelit DAPATKAN DATA CITRA SATELIT RESOLUSI SANGAT TINGGI WORLDVIEW-3 BESERTA PENGOLAHAN DAN MAPPING DENGAN HARGA YANG KOMPETITIF DI MAP VISION INDONESIA UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI KAMI PADA NOMOR TELEPON WA/SMS/TELEPON 0878 2292 5861 E-MAIL mapvisionindonesia Foto udara adalah pengambilan foto di udara menggunakan wahana yang dapat bergerak di udara. Mulanya wahana yang digunakan dalam memperoleh foto udara yaitu sebuah balon udara dan pesawat terbang, namun seiring perkembangan teknologi, saat ini beragam wahana dapat digunakan untuk mendapatkan sebuah foto udara. dimana yang saat ini marak digunakan yakni penggunaan wahana berupa Unmanned Aerial Vehicles UAV atau drone. Dahulu penggunaan foto udara lebih banyak digunakan untuk kepentingan militer, dan mulai ramai dipakai oleh kalangan sipil setelah Perang Dunia II selesai. BACA JUGA 1. Apa Itu Foto Udara? 2. Apa Itu Citra Satelit? 3. Penginderaan Jauh 4. Pengertian Citra Satelit 5. Citra Penginderaan Jauh Sejarah Awal Foto Udara Gaspard-Felix Tournachon dikenal juga dengan sebutan Nadar seorang fotografer yang awalnya berprofesi sebagai novelis dan karikaturnis, merupakan orang pertama yang mengambil foto udara menggunakan wahana berupa balon udara, yang dilakukan pada tahun 1858. Namun sayangnya foto udara pertama dan juga foto-foto udara lain hasil jepretan Nadar sudah tidak dapat ditemukan. Saat ini hasil jepretan awal foto udara yang masih bisa disaksikan adalah karya James Wallace Black dan Samuel Archer King yang berjudul “Boston, as the Eagle and the Wild Goose See It” yang diambil pada tanggal 13 Oktober 1860 di atas ketinggian 630 meter dari Kota Boston, Amerika Serikat. Selanjutnya pengambilan foto udara menggunakan wahana yang lain terus berkembang, seperti penggunaan layang-layang yang dilakukan seorang meteorologis asal Inggris bernama ED Archibald pada tahun 1882. Pada tahun yang sama, Cecil Shadbolt, melakukan pengambilan foto udara dengan menggunakan wahana berupa balon gas. Pada tanggal 24 April 1909, penggunaan wahana yang lebih berat dibandingkan udara digunakan pertama kalinya, dengan menyematkan kamera gambar bergerak untuk kepentingan pembuatan film bisu berdurasi pendek yang berjudul “Wilbur Wright und seine Flugmaschine”. Sejarah Penggunaan Foto Udara untuk Pemetaan Veteran Perang Dunia I, Francis Wills dan Claude Graham White, mendirikan perusahaan fotografi udara komersial pertama di Inggris pada tahun 1919 yang mereka beri nama Aerofilm, Ltd. Perusahaan tersebut pada tahun 1921, melakukan foto udara vertikal untuk kepentingan survei dan pemetaan, serta selama tahun 1930-an, Aerofilm menjadi perusahaan pelopor ilmu fotogrametri pemetaan dari foto udara. Di negara kita, Indonesia, penggunaan foto udara untuk survei pemetaan telah mulai dilakukan oleh beberapa lembaga pada awal 1970-an Danoedoro, 2012. Namun ketika bangsa kita tengah mulai penggunaan foto udara untuk pemetaan, negara maju malah mulai mengembangkan satelit sumber daya alam sebagai wahana untuk mendapatkan data penginderaan jauh. Jenis Foto Udara Berdasarkan Sumbu Kamera Berdasarkan tingkat kemiringan sumbu kamera, foto udara dibagi menjadi 3 jenis yaitu Foto Udara Vertikal Pada jenis foto udara vertikal, posisi sumbu kamera tegak lurus vertikal atau maksimal sudut kemiringannya 3 derajat dengan area yang hendak dipotret. Jenis Foto Udara VertikalSumber Gambar Foto udara jenis ini banyak digunakan untuk pemetaan karena skala dan objek yang dipotret mempunyai bentuk cenderung tetap serta tidak menutup objek area lain dibandingkan jenis foto udara lain. Contoh Tampilan Foto Udara VertikalSumber Foto Udara Miring Rendah Low Oblique Jenis Foto Udara Miring RendahSumber Gambar Untuk jenis foto udara miring rendah, sumbu kamera membentuk sudut kemiringan antara 3 derajat hingga 30 derajat dengan area yang dipotret. Contoh Tampilan Foto Udara Miring Rendah Kenampakan Horizon Pada Foto Ini Tidak DitunjukkanSumber Foto Udara Miring Tinggi High Oblique Sumbu kamera pada jenis foto udara miring tinggi membentuk sudut kemiringan antara lebih dari 30 derajat hingga 55 derajat dengan area yang dipotret. Jenis Foto Udara Miring TinggiSumber Gambar Kelebihan jenis foto udara miring, baik yang miring rendah ataupun tinggi, dapat memotret area dalam cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan jenis foto udara vertikal, namun kelemahannya skala dan ukuran objek yang dipotret tidak tetap, sehingga pengukuran dimensi objek menjadi lebih sulit dibandingkan foto udara vertikal. Contoh Tampilan Foto Udara Miring Tinggi yang Memperlihatkan CakrawalaSumber Citra Satelit Pada saat negara kita, Indonesia, di tahun 1970-an mulai memanfaatkan foto udara untuk kegiatan survei-pemetaan sumber daya, maka di negara-negara yang maju, mereka mulai mengembangkan satelit sumber daya alam untuk mendapatkan data penginderaan jauh. Hal ini bermula dari Program Landsat yang sangat legendaris di tahun 1972, yang hingga kini masih terus berjalan dan telah memasuki seri ke 8 Satelit Landsat 8, bahkan pada tahun 2021 mendatang, rencananya akan meluncur seri ke 9 Satelit Landsat 9. Dan saat ini telah banyak sekali satelit sumber daya alam selain Program Satelit Landsat yang tengah beroperasi di luar angkasa dengan beragam spesifikasi yang dimilikinya. Satelit-satelit sumber daya alam tersebut menghasilkan citra satelit yang merupakan gambaran permukaan bumi dengan beragam resolusi spasial dan resolusi spektral. Dan berikut ini beberapa contoh data citra satelit optis yang dihasilkan oleh satelit sumber daya alam dengan sensor pasif sumber tenaga berasal dari matahari 1. Citra Satelit WorldView-3 Citra Satelit WorldView-3 Wilayah Candi Borobudur – Jawa Tengah dalam Skala 1 1000 Citra satelit yang dihasilkan oleh Satelit WorldView-3 merupakan citra satelit dengan kenampakan paling detail saat ini, dengan resolusi spasial mencapai 30 cm m pada keadaan nadir untuk citra satelit pada band pankromatik. Selain itu, Satelit WorldView-3 saat ini dapat dibilang sebagai satelit sumber daya alam komersial paling canggih untuk kategori satelit penghasil citra dengan resolusi spasial sangat tinggi, karena selain dibekali 1 band pankromatik dengan resolusi spasial 30 cm pada posisi nadir dan 8 band multispektral dengan resolusi spasial meter, pada satelit ini juga terdapat 8 band pada spektrum elektromagnetik Short Wave Infra Red SWIR, serta 12 band multispektral untuk Clouds, Aerosols, Vapors, Ice, & Snow CAVIS. Keberadaan band SWIR pada Citra Satelit WorldView-3 bermanfaat untuk menghasilkan citra satelit yang bebas dari berbagai gangguan yang menghalangi tampilan objek pada citra satelit seperti kabut, haze, serta awan tipis. Selain dari hal tersebut, hadirnya band SWIR juga dapat untuk melihat titik api aktif yang terekam oleh satelit. Visible & SWIR pada Data Citra Satelit WorldView–3 Sedangkan untuk sensor CAVIS yang terdiri dari 12 band bertujuan untuk menghasilkan citra satelit dengan tampilan yang lebih bersih dari awan, kabut, dan berbagai gangguan lain di atmosferik, serta menampilkan warna yang selaras seamless antar data citra satelit yang mencakup sebuah wilayah. CAVIS 2. Citra Satelit Pleiades–1A & Pleiades–1B Data Olahan Citra Satelit Pleiades–1A Warna Natural Kota Cilegon – Banten Skala 1 Satelit Pleiades-1A & Pleiades-1B merupakan satelit “kembar” dari vendor Airbus Defence & Space. Disebut kembar karena spesifikasi satelit sama persis dan sama-sama menghasilkan citra satelit dengan resolusi spasial kelas 50 cm hasil resampling pada spektrum elektromagnetik cahaya tampak visible dan inframerah dekat near infrared. Saat ini Citra Satelit Pleiades-1A & Pleiades-1B merupakan kompetitor terberat bagi citra satelit resolusi spasial sangat tinggi dari perusahaan Maxar Technologies. 3. Citra Satelit SPOT–6 & SPOT–7 Data Olahan Citra Satelit SPOT 6 Warna Natural Wilayah Kalimantan Barat Skala 1 Selain Satelit Pleiades-1A & Pleiades-1B, perusahaan Airbus Defence & Space juga memiliki satelit kembar lain yakni Satelit SPOT-6 dan SPOT-7. Untuk Satelit SPOT-6 dan SPOT-7, kedua satelit tersebut menghasilkan citra satelit dengan resolusi spasial kelas 150 cm m, pada spektrum elektromagnetik cahaya tampak visible dan inframerah dekat near infrared. Saat ini, Citra Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 banyak digunakan untuk berbagai aplikasi karena tingkat resolusi spasial yang tinggi dengan harga yang terjangkau untuk area yang luas. 4. Citra Satelit KOMPSAT–3A Citra Satelit KOMPSAT–3A wilayah Ferrari World, Abu Dhabi – Tanggal Perekaman 26 Oktober 2015Image Copyright KARI, SIIS Negara Ginseng, Korea Selatan, ternyata memiliki satelit sumber daya alam yang menghasilkan citra satelit dengan resolusi sangat tinggi yakni Satelit Korea Multi-Purpose Satellite KOMPSAT. Salah satu seri Satelit KOMPSAT yang masih beroperasi adalah Satelit KOMPSAT-3A yang menghasilkan citra dengan resolusi spasial kelas 40 cm m, pada spektrum elektromagnetik cahaya tampak visible dan inframerah dekat near infrared. Dan berikut beberapa citra satelit lain yang dihasilkan dari satelit sumber daya alam silahkan klik pada masing-masing link untuk informasi lebih lanjut terkait citra satelit tersebut Pleiades Neo WorldView Legion WorldView-4 GeoEye-1 Landsat 8 Kelebihan dan Kelemahan Foto Udara dan Citra Satelit Sebelumnya telah dibahas mengenai foto udara dan juga citra satelit optis dengan sensor pasif. Lalu apa kelebihan dan kekurangan foto udara dibandingkan citra satelit?, berikut penjelasannya Saat ini, data citra satelit optis dengan sensor pasif yang mempunyai resolusi spasial tertinggi untuk kepentingan komersial yakni Citra Satelit WorldView-3 dengan resolusi spasial mencapai 30 cm pada posisi nadir, dan jika tidak ada kendala maka pada tahun 2020 ini akan mengorbit juga Satelit Pleiades Neo yang akan menghasilkan citra dengan resolusi spasial mencapai 30 cm pada posisi nadir, serta pada tahun 2021 mendatang akan mengangkasa Satelit WorldView Legion yang akan menghadirkan citra dengan resolusi spasial 29 cm pada posisi nadir. Maka untuk saat ini dan beberapa tahun mendatang citra satelit dengan resolusi spasial tertinggi yang dijual secara komersial kepada umum yakni 29 cm dan 30 cm. Hal ini berbeda dengan foto udara yang dihasilkan oleh drone atau UAV, dimana resolusi spasial yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan data citra satelit yang tersedia saat ini dapat mencapai 1 cm. Resolusi spasial sebuah foto udara yang dihasilkan tergantung sensor kamera yang digunakan serta penempatan ketinggian terbang drone tersebut. Namun walau mempunyai tingkat resolusi spasial yang lebih rendah dibandingkan data foto udara, data citra satelit mempunyai keunggulan dari sisi tingkat akurasinya bahkan tanpa penyertaan titik kontrol lapangan sekalipun terutama untuk area yang datar, berhubung saat ini kebanyakan data citra satelit komersial terutama yang termasuk dalam kategori citra satelit resolusi sangat tinggi dan tinggi sudah dibekali data titik kontrol bawaan dari pihak vendor yang bernama Rational Polynomial Coefficient RPC. RPC merupakan data model titik kontrol yang terdiri dari 20 titik, yang biasa digunakan dalam proses orthorektifikasi data citra satelit. Selain itu, data citra satelit mempunyai keunggulan dari sisi jumlah resolusi spektral. Saat ini, sebagian besar data citra satelit yang memiliki resolusi spasial sangat tinggi mempunyai 4 band yang masuk dalam spektrum elektromagnetik cahaya tampak visible dan juga inframerah dekat near infrared, beberapa bahkan mempunyai lebih dari 4 band seperti Citra Satelit WorldView-2 yang terdiri dari 8 band multispektral, dan juga Citra Satelit WorldView-3 yang tidak hanya memiliki 1 band pankromatik dan 8 band multispektral, akan tetapi juga memiliki 8 band multispektral Short Wave Infra Red SWIR dan 12 band Cloud, Aerosol, Vapors, Ice, and Snow CAVIS. Untuk data citra satelit lain terutama biasanya yang mempunyai resolusi spasial lebih rendah, malah mempunyai tingkat resolusi spektral lebih tinggi lagi. Sebagai contoh untuk data Citra Satelit Landsat 8 yang mempunyai resolusi spasial tertinggi 15 meter band pankromatik terdiri dari 11 band yang berasal dari 2 sensor yang dimilikinya ataupun contoh lainnya seperti Citra Satelit Sentinel-2A yang memiliki 13 band. Dan bahkan beberapa citra satelit mempunyai ratusan band yang sudah termasuk kategori citra satelit hyperspectral seperi Citra Satelit Hyperion. Keberadaan jumlah band yang banyak pada sebuah data citra satelit sangat bermanfaat untuk analisis lebih lanjut dari data citra satelit, seperti keberadaan band thermal pada Citra Satelit Landsat 8 bermanfaat untuk melakukan estimasi temperatur permukaan suatu wilayah, kemudian kehadiran band–band inframerah dekat dan band cahaya tampak, dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kerapatan vegetasi, tingkat kesehatan sebuah tanaman, dan lain sebagainya, melalui pengolahan Normalized Difference Vegetation Index NDVI. Selain itu, keunggulan foto udara yang dihasilkan oleh drone daripada citra satelit adalah tampilan foto udara yang dapat bebas awan karena penempatan ketinggian drone dapat diatur di bawah keberadaan awan tebal yang dapat menutupi objek di area pemotretan. Sedangkan data citra satelit optis yang menggunakan sensor pasif akan sangat tergantung kondisi cuaca di area perekaman tersebut. Jika ketika satelit melakukan perekaman di sebuah area yang ternyata terdapat awan tebal yang menutupi objek-objek yang terdapat pada area perekaman, maka awan tebal tersebut akan ikut terekam dan akan muncul pada citra satelit yang dihasilkan, sehingga menutupi objek dan mempersulit seorang interpreter untuk melakukan intepretasi objek yang berada di area perekaman. Sebenarnya terdapat juga data citra satelit dengan menggunakan sensor aktif sumber tenaga berasal dari sensor tersebut, salah satunya yaitu citra satelit dengan menggunakan teknologi Radio Detection and Ranging RADAR yang mampu “menembus awan” dan menghasilkan citra yang bebas awan. Akan tetapi penggunaan citra RADAR lebih ditujukan untuk memperoleh data topografi dibandingkan untuk melihat berbagai objek yang berada di permukaan bumi, karena tampilan objek pada citra RADAR hasil perekaman berbeda tampilannya dengan citra satelit optis dengan sensor pasif, dimana objek lebih sulit diidentifikasi pada citra RADAR. Namun walau begitu, kendala keberadaan awan pada data citra satelit optis dengan sensor pasif dapat disiasati dengan proses pengolahan. Untuk keberadaan awan tipis seperti kabut atau asap, dapat direduksi atau dihilangkan dengan pengolahan koreksi atmosferik, contohnya seperti yang terlihat di bawah ini Data Original Citra Satelit WorldView–2 Area Perekaman Tertutupi Asap Asap pada Data Citra Satelit WorldView-2 Hasil Olahan Warna Natural Haze Removal Plus Enhancement Telah Hilang Ataupun dapat menggunakan band SWIR pada data citra satelit yang mempunyai band tersebut, ataupun penggunaan band SWIR & CAVIS pada Citra Satelit WorldView-3, namun dengan tingkat resolusi spasial yang lebih rendah dibandingkan dengan Citra Satelit WorldView-3 pada band–band cahaya tampak visible dan juga inframerah dekat near infrared. Tampilan Data Citra Satelit WorldView–3 Warna Natural Spektrum Visible/Cahaya TampakC Maxar Technologies Tampilan Data Citra Satelit WorldView-3 Menggunakan Kombinasi Band SWIRC Maxar Technologies Tampilan Data Citra Satelit WorldView–3 Kombinasi Band SWIR Pada Area Yang TerbakarC Maxar Technologies Tampilan Data Citra Satelit WorldView-3 Pada Band Ke 8 SWIR Hampir Bebas AsapC Maxar Technologies Tampilan Data Citra Satelit WorldView-3 Menggunakan Band SWIR, Dimana Tingkat Area yang Terbakar Dapat Terlihat JelasC Maxar Technologies Untuk lebih lengkapnya, Anda dapat membaca postingan berikut ini Melihat yang Tidak Terlihat Menggunakan SWIR Sedangkan untuk keberadaan awan tebal pada data citra satelit, dapat disiasati dengan proses yang diberi nama cloud remove. Cloud remove merupakan istilah untuk menggantikan tampilan awan di sebuah lokasi yang berada pada sebuah data citra satelit dengan data citra satelit lain yang kondisinya tidak terdapat keberadaan awan di lokasi tersebut. Untuk memudahkan pemahaman mengenai cloud remove, Anda dapat melihatnya pada beberapa contoh di bawah ini Menghilangkan Awan Pada Data Citra Satelit Sebelum dan Sesudah Proses Cloud Remove & Colour Balancing Data Original Citra Satelit WorldView–1 & WorldView–2 Wilayah Merangin – Jambi Data Citra Satelit WorldView–1 & WorldView–2 Hasil Olahan Orthorektifikasi + Cloud Remove + Mosaick + Enhance Wilayah Merangin – Jambi Idealnya data citra satelit yang digunakan sebagai data pengganti mempunyai tanggal perekaman serta tingkat resolusi spasial yang sama dengan data citra satelit yang keberadaan awannya hendak dihilangkan. Kalaupun ternyata data penggantinya tidak tersedia sesuai dengan kondisi ideal tersebut, maka hendaknya tanggal perekaman serta tingkat resolusi spasialnya tidak berbeda jauh atau jomplang dengan data citra satelit yang akan digantikan, sehingga nantinya kondisi penggunaan lahan pada area perekaman masih sesuai dengan kondisi yang terekam pada data citra satelit utama. Untuk kelemahan dari data foto udara yaitu secara rata-rata biaya perekaman untuk mendapatkan data foto udara lebih tinggi dibandingkan data citra satelit. Jika menggunakan pesawat terbang untuk melakukan perekaman, dan kita tidak mempunyai wahana tersebut, maka kita harus mengeluarkan biaya untuk sewa pesawat terbang plus biaya untuk pilot, dan pembiayaan lainnya. Selain itu kita harus mengurus perizinan untuk mengambil pemotretan di area pemotretan serta mematuhi berbagai aturan ketika melakukan pemotretan. Jika menggunakan wahana seperti drone yang dilakukan oleh kita sendiri yang posisinya jauh dari lokasi kita berada, maka selain pengurusan perizinan beserta aturan yang harus dipatuhi ketika melakukan pemotretan, kita juga harus mengeluarkan biaya akomodasi serta berbagai biaya lain yang tidak terduga selama di lapangan. Selain itu, pengambilan foto udara menggunakan wahana dengan bobot yang ringan semisal drone, faktor cuaca juga sangat berpengaruh. Kecepatan angin yang terlalu kencang di area pemotretan, akan membuat pergerakan drone menjadi tidak stabil, sehingga foto hasil perekaman menjadi kurang baik. Kecepatan penyediaan data foto udara juga lebih lambat dibandingkan data citra satelit, karena harus melakukan pengurusan perizinan di area pemotretan, waktu yang diperlukan untuk berangkat ke lokasi pemotretan, memastikan terlebih dahulu kondisi cuaca pada area pemotretan sudah ideal, serta resiko kegagalan pemotretan karena drone mengalami kerusakan ketika melakukan pemotretan, yang membuat proses pemotretan diundur. Sedangkan data original citra satelit yang sudah tersedia pada database, saat ini dapat diterima dalam hitungan hari bahkan jam, tanpa harus melakukan pengurusan perizinan dan pergi ke lokasi perekaman. Anda cukup duduk manis di rumah atau kantor Anda, maka dalam waktu yang tidak lama data original citra satelit sudah bisa dapat Anda terima. Selain itu, untuk area yang cukup luas, pengolahan data foto udara memakan waktu yang cukup lama terutama untuk proses ortho mosaick penggabungan data-data foto udara hasil pemotretan untuk mendapatkan tampilan utuh area pemotretan, karena akan terdiri dari banyak data foto udara berhubung dalam satu pemotretan, luasan area yang terportret tidaklah luas. Berbeda dengan hasil perekaman satelit sumber daya alam yang dapat mencakup area dalam sekali perekaman berkisar ratusan hingga ribuan kilometer persegi, sehingga jumlah scene/tile ukuran yang digunakan dalam sekali perekaman sebuah satelit data citra satelit yang mencakup area yang luas jauh lebih sedikit dibandingkan dengan data foto udara. Begitu juga komputer yang digunakan untuk pengolahan data foto udara memerlukan spesifikasi yang lebih tinggi dibandingkan untuk pengolahan data citra satelit, berhubung begitu banyak data foto udara yang harus diolah menjadi satu kesatuan dengan ukuran file yang besar. Kesimpulan Telah diterangkan mengenai foto udara dan citra satelit, juga kelebihan dan kekurangannya. Anda yang memerlukan data penginderaan jauh, dapat memilih apakah data citra satelit atau foto udara yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan beserta budget yang dimiliki. *** Semoga postingan ini bermanfaat, dan sampai jumpa pada postingan kami berikutnya. Insya Allah. POSTINGAN MENARIK LAINNYA 1. [Tutorial] Cara Download Peta RBI Gratis 2. [Tutorial] Download Data DEM SRTM Langsung di QGIS 3. [Tutorial] Mengetahui Suhu Permukaan Laut dari Citra Satelit MODIS Menggunakan QGIS 4. [Tutorial] Download Data OSM di QGIS 5. [Tutorial] Melakukan Georeferensi di QGIS
Hallo Syifa, kakak bantu jawab ya Kelebihan hasil pemotretan foto udara yaitu lebih jelas karena tidak terhalang awan, namun kelemahan foto udara cakupan wilayahnya tidak luas. Sedangkan foto satelit memiliki kelebihan cakupan wilayah pemotretan luas, sedangkan kelemahannya adalah hasil pemotretan tidak maksimal karena tertutup awan. Berikut penjelasannya, dalam merekam citra permukaan bumi dapat digunakan dua jenis citra yaitu citra udara atau foto udara dan citra satelit. Foto udara adalah hasil pemotretan permukaan bumi yang dilakukan dari udara atau ketinggian tertentu. Sedangkan foto satelit adalah hasil pemotretan permukaan bumi yang diambil dari luar angkasa menggunakan wahana satelit. Setiap hasil pemotretan yang diambil baik melalui citra foto ataupun citra satelit memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan penggunaan foto udara 1. Foto yang dihasilkan tidak terhalang awan 2. Memudahkan interpretasi berbagai objek yang ada pada citra tersebut 3. Foto yang ditampilkan lebih detail Kelemahan penggunaan foto udara 1. Cakupan wilayah pemotretan tidak luas 2. Jika area yang dikaji sangat luas maka akan banyak menghasilkan citra udara sehingga memerlukan waktu dalam proses pengolahannya 3. Memerlukan komputer yang memiliki spesifikasi tinggi karena resolusi spasial yang tinggi. 4. Memerlukan biaya yang besar dalam penyewaan wahana dan operator wahana Sedangkan kelebihan foto satelit yaitu 1. Mencakup wilayah yang luas dan menyeluruh 2. Dilakukan secara kontinyu atau berkelanjutan 3. Pembuatan citra dilakukan dengan cepat 4. Tingkat ketelitian hasil pemotretan sangat baik 5. Menghemat biaya, tenaga, dan waktu 6. Dapat menggambarkan daerah rawan bencana alam dan daerah yang memiliki potensi sumber daya alam Kelemahan penggunaan foto satelit 1. Tidak semua data yang terkait dengan objek tertangkap oleh sensor 2. Ketelitian interpretasi citra tergantung dari kejelasan wujud objek 3. Harga wahana yang digunakan sangat mahal dan memerlukan tenaga ahli untuk mengoperasikannya. Jadi, kelebihan hasil pemotretan foto udara yaitu lebih jelas karena tidak terhalang awan, namun kelemahan foto udara cakupan wilayahnya tidak luas. Sedangkan foto satelit memiliki kelebihan cakupan wilayah pemotretan luas, sedangkan kelemahannya adalah hasil pemotretan tidak maksimal karena tertutup awan. Terima kasih Semoga membantu yaa
- Hasil teknologi inderaja dibedakan menjadi dua, yaitu citra foto dan citra non foto. Citra foto merupakan hasil teknologi inderaja yang berupa data visual. Sementara itu, citra non foto adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan sensor bukan berbeda, baik citra foto maupun non foto menjadi produk yang penting sebagai data informasi penginderaan jauh. Selain dari segi pengertian, citra foto dan non foto juga diidentifikasi berdasarkan jenis-jenisnya, sebagai berikutJenis-Jenis Citra Foto dan Non Foto Citra foto dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu. Berdasarkan spektrum elektromagnetik, terdiri dari foto ultraviolet, foto ortokromatik, foto nonkromatik, foto inframerah asli, dan foto inframerah modifikasi. Berdasarkan sistem wahana yang digunakan, terdiri dari foto udara dan citra satelit atau orbithal. Berdasarkan jumlah dan jenis kamera yang digunakan, terdiri dari foto tunggal dan foto jamak. Berdasarkan sumbu kamera, terdiri dari foto vertikal, foto agak condong,dan foto sangat condong. Berdasarkan warna yang digunakan, terdiri dari foto warna semu false color, dan foto warna asli true color. Citra non foto dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu. Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, terdiri dari citra inframerah termal dan citra gelombang mikro. Berdasarkan sumber sensor yang digunakan, terdiri dari citra tunggal dan citra multispectral. Berdasarkan wahana yang digunakan, terdiri dari citra dirgantara dan citra satelit. Unsur-Unsur Interpretasi Citra Menurut modul "Geografi" terbitan Kemendikbud, berikut unsur-unsur interpretasi citra Rona adalah tingkat kecerahan/kegelapan suatu objek yang terdapat pada citra. Pada objek citra seperti air laut, dapat memantulkan rona gelap, adapun pada objek pasir memantukan rona terang. Warna adalah wujud tampak mata dengan menggunakan spektrum sempit lebih sempit dari spektrum tampak. Misalnya, apabila dijumpai warna cokelat kekuningan pada air menandakan air tersebut keruh. Bentuk adalah variabel kualitatif yang mencerminkan kerangka objek. Bentuk merupakan atribut yang jelas dan khas sehingga banyak objek-objek di permukaan bumi dapat langsung dikenali pada saat interpretasi citra melalui unsur bentuk saja. Ukuran adalah unsur dalam objek yang terdiri dari jarak, luas, volume, ketinggian tempat dan kemiringan lereng. Ukuran dapat menjadi faktor pengenal yang dapat digunakan untuk membedakan objek-objek sejenis yang terdapat pada foto udara. Tekstur identik dengan kasar, sedang, dan halus. Misalnya, pada objek pohon besar memiliki tekstur kasar, perkebunan sedang dan tanah kosong memiliki tekstur halus. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek di alam semesta, baik manusia, tumbuhan, maupun hewan. Misalnya, pada aliran sungai di daerah pegunungan memiliki pola aliran radial sentrifugal pola aliran sungai yang menyebar meninggalkan pusatnya. Bayangan dapat menyembunyikan detail pada objek yang berada di daerah gelap. Meskipun bayangan membatasi gambaran penuh suatu objek pada foto udara, namun bayangan dapat menjadi kunci penting dalam interpretasi, mengenali objek yang justru kelihatan lebih tampak/jelas dengan melihat bayangannya. Situs adalah tempat kedudukan suatu objek dengan objek lain di sekitarnya. Situs bukan merupakan ciri objek secara langsung tetapi dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar. Misalnya pola pemukiman yang memanjang sejajar dengan jalan. Asosias adalah keterkaitan antara objek satu dengan objek lain. Dengan keterkaitan itu, maka terlihatnya suatu objek sering merupakan petunjuk bagi objek lain. Misalnya, pada objek stasiun kereta berasosiasi dengan adanya rel kereta di sekitarnya. Baca juga Penjelasan Pembagian Wilayah dan Perwilayahan dalam Geografi Sistem Penginderaan Jauh Definisi, Komponen, dan Hasil Teknologi Struktur dan Pola Keruangan Kota Karakteristik Serta Ciri-Cirinya - Pendidikan Kontributor Chyntia Dyah RahmadhaniPenulis Chyntia Dyah RahmadhaniEditor Yonada Nancy
Dalam pengindraan jauh, sensor merekam tenaga yang dipantulkan atau dipancarkan oleh objek di permukaan bumi. Rekaman tersebut kemudian diolah untuk menjadi data pengindraan jauh. Data pengindraan jauh dibagi menjadi dua, yaitu data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer dan data visual yang dianalisis secara manual. Data visual dibedakan menjadi dua yaitu data citra dan data noncitra. Data citra berupa gambaran yang mirip wujud aslinya atau setidaknya berupa gambaran planimetrik. Data noncitra pada umumnya berupa garis atau grafik. Lingkungan merupakan semua faktor atau hal yang ada di dalam ruang, baik ituberupa benda atau suatu keadaan dimana manusia ada didalam nya lengkap denganberbagai perilakunya dan diantara kesemuanya akan terjadi hubungan timbal balik dansaling mempengaruhi. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yangmempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhlukhidup lain Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN 1412 - 6982 e-ISSN 2443-3977 Volume 1 Nomor 1 Maret 2022 Corespondency address E-mail 1 PEMANFAATAN CITRA DALAM BIDANG LINGKUNGAN Diah Ayu Setyaningrum Universitas Negeri Surabaya Abstract Dalam pengindraan jauh, sensor merekam tenaga yang dipantulkan atau dipancarkan oleh objek di permukaan bumi. Rekaman tersebut kemudian diolah untuk menjadi data pengindraan jauh. Data pengindraan jauh dibagi menjadi dua, yaitu data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer dan data visual yang dianalisis secara manual. Data visual dibedakan menjadi dua yaitu data citra dan data noncitra. Data citra berupa gambaran yang mirip wujud aslinya atau setidaknya berupa gambaran planimetrik. Data noncitra pada umumnya berupa garis atau grafik. Lingkungan merupakan semua faktor atau hal yang ada di dalam ruang, baik ituberupa benda atau suatu keadaan dimana manusia ada didalam nya lengkap denganberbagai perilakunya dan diantara kesemuanya akan terjadi hubungan timbal balik dansaling mempengaruhi. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yangmempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhlukhidup lain Keywords pengindraan jauh, citra, lingkungan A. PENDAHULUAN 1. Citra Foto Citra Foto adalah gambaran suatu gejala di permukaan bumi sebagai hasil pemotretan dengan menggunakan kamera. Kamera yang dipasang pada wahana seperti balon udara, pesawat, atau layang-layang maka hasil pemotretannya disebut foto udara, sedangkan kamera yang dipasang dengan menggunakan wahana satelit hasil pemotretannya disebut foto satelit. Citra foto dapat dibedakan atas beberapa dasar, yaitu • Spektrum elektromagnetik yang digunakan, • sumbu kamera, • sudut liputan kamera, • jenis kamera, • warna yang digunakan, dan • sistem wahana dan pengindraannya. a. Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi lima jenis yaitu sebagai berikut. 1. Foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. 2. Foto ortokromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau 0,4 - 0,56 mikrometer. 2 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME l , NOMOR l, bulan tahun 03-22 3. Foto pankromatik, yaitu foto yang menggunakan seluruh spektrum tampak. 4. Foto infra merah asli, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat hingga panjang gelombang 0,9-1,2 mikrometer yang dibuat secara khusus. 5. Foto infra merah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan infra merah dekat dan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau. b. Posisi sumbu kamera yaitu arah sumbu kamera ke permukaan bumi. 1. Foto vertikal, yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi. 2. Foto condong atau foto miring, yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi bila sudut condongnya masih berkisar antara 1-4 derajat, foto yang dihasikan masih digolongkan sebagai foto vertikal. Foto condong masih dibedakan lagi menjadi o foto sangat condong high oblique photograph, yaitu apabila pada foto tampak cakrawalanya, o foto agak condong low oblique photograph, yaitu apabila cakrawala tidak tergambar pada foto. c. Sudut Liputan Kamera Berdasarkan sudut liputan kamera, citra foto dibedakan menjadi empat jenis. Perhatikan tabel berikut. • Jenis Foto Berdasarkan Sudut Liputan Kamera d. Jenis Kamera Berdasarkan jenis kamera yang digunakan, citra foto dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu citra foto tunggal dan citra foto jamak 1. Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Tiap daerah liputan foto hanya tergambar oleh satu lembar foto. 2. Foto jamak, yaitu beberapa foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan daerah liputan yang sama. Foto jamak dapat dibuat dengan tiga cara, yaitu dengan o a multi kamera atau beberapa kamera yang masing-masing Setyaningrum,Manfaat Citra.... 3 diarahkan ke satu sasaran, o b kamera multi lensa atau satu kamera dengan beberapa lensa, o c kamera tunggal berlensa tunggal dengan pengurai warna. Foto jamak dibedakan lebih jauh lagi menjadi • Foto multispektral yaitu beberapa foto daerah sama yang dibuat dengan saluran yang berbeda-beda, atau satu kamera dengan beberapa lensa, masing-masing lensa menggunakan band saluran yang berbeda yaitu biru, hijau, merah, serta infra merah pantulan. • Foto dengan kamera ganda; yaitu dengan menggunakan kamera ganda. Pada setiap pemotretan dihasilkan dua foto yang berbeda. e. Warna yang Digunakan Berdasarkan warna yang digunakan, foto berwarna dapat dibedakan menjadi dua, yaitu 1. Foto berwarna semu false color atau foto infra merah berwarna. Pada foto berwarna semu, warna objek tidak sama dengan warna foto. Misalnya objek seperti vegetasi yang berwarna hijau dan banyak memantulkan spektrum infra merah, tampak merah pada foto. 2. Foto warna asli true color, yaitu foto pankromatik berwarna. f. Sistem Wahana Berdasarkan wahana, citra foto dibedakan menjadi dua, yaitu 1. Foto udara yaitu foto yang dibuat dari pesawat/ balon udara. 2. Foto satelit atau foto orbital, yaitu foto yang dibuat dari satelit. 2. Citra Nonfoto Citra nonfoto adalah gambar atau citra tentang suatu objek yang dihasilkan oleh sensor, bukan kamera. Dengan cara scanning, citra nonfoto dibedakan berdasarkan • spektrum elektromagnetik yang digunakan, • sensor yang digunakan, dan • wahana yang digunakan. a. Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan 1. Citra infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra merah termal. Pengindraan pada spektrum ini berdasarkan pada beda suhu objek dan daya pancarnya pada citra tecermin dengan beda rona atau beda warnanya. 2. Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum gelombang mikro. Citra radar merupakan 4 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME l , NOMOR l, bulan tahun 03-22 hasil pengindraan dengan sistem aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro dihasilkan dengan sistem pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah. b. Sensor yang Digunakan 1. Citra tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal. 2. Citra multispektral, yakni citra yang dibuat dengan sensor jamak. Berbeda dengan citra tunggal yang dibuat dengan saluran sempit, citra multispektral salurannya sempit. c. Wahana yang Digunakan 1. Citra dirgantara, adalah citra yang dibuat dengan menggunakan wahana yang beroperasi di udara atau dirgantara. 2. Citra satelit, adalah citra yang menggunakan wahana yang bergerak di ruang angkasa seperti satelit. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca literatur dari jurnal-jurnal yang terpercaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu dengan cara mencari bahan bacaan dari sumber-sumber yang terpercaya. Teknik analisis data yang digunakan ialah analisis suatu kajian mengenai citra. C. PEMBAHASAN Citra dan foto-foto yang dihasilkan oleh satelit dan pemotretan udara dapat digunakan untuk melakukan inventarisasi sumber daya alam, memonitor kondisi lingkungan, dan mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi di permukaan bumi. Perubahan-perubahan oleh gejala alam seperti hasil letusan gunung berapi dan hasil budidaya manusia seperti pembangunan kota-kota baru, pembukaan daerah-daerah pemukiman transmigrasi, dan penebangan hutan. Para pakar dari berbagai disiplin ilmu dapat memanfaatkan foto udara atau citra satelit bagi kajian di bidangnya masing-masing antara lain sbb 1. Di bidang pertanian dan kehutanan, foto satelit Landsat dapat digunakan untuk identifikasi hutan raw, hutan laha rendah, hutan mangrove, inventarisasi alang-alang, daerah pertanian lahan kering, lahan berpindah, dsb. 2. Di bidang geografi, dari kenampakan wilayah sungai, danau, jalan raya, desa, kota dapat digunakan untuk kepentingan peta tematik, dan perencanaan penggunaan tanah. 3. Di bidang geologi, kenampakan kelurusan, patahan, dataran, perbukitan, pegunungan, konndisi fisiografi yang berbeda dapat dilacak dari foto udara dan citra. 4. Di bidang oceanografi, daerah yang terkena tumpahan minyak dilaut dan arah aliran air laut yang mengandung endapan dari sungai Setyaningrum,Manfaat Citra.... 5 dapat pula diidentifikasi melalui foto satelit. 5. Di bidang arkeologi, penentuan situs purbakala bagi kajian arkeologi modern memerukan data satelit dan data pengindraan jauh yang lain. Kegunaan penginderaan jauh antaralain 1. Sebagai alat bantu dalam menyusun teori 2. Sebagai alat untuk menemukan fakta 3. Sabagai alat penelitian 4. Sebagai dasar penjelasan 5. Sebagai penjelasan sebagai alat prediksi dan pengendalian Beberapa bidang disiplin ilmu tersebut menggunakan citra satelit sumber daya. Data satelit sangat beragam tergantung pada jenis satelitnya, misalnya, satelit sumber daya ditujukan untuk memperleh data sumber daya alam. Contoh satelit SDA yang lain adalah 1. Landsat Land recources Satellite diluncurkan dan dimiliki oleh Amerika Serikat. 2. SPOT System Probotaire de Observation de la Terra diluncurkan dan dimiliki oleh Perancis. 3. MOS Marine Observation Stellite diluncurkan dan dimiliki oleh Jepang. 4. Seasat Sea Satellite diluncurkan oleh Amerika Serikat. 5. ERS Earth Recources Satellite diluncurkan dan dimiliki oleh Eropa. 6. Luna diluncurkan dan dimiliki oleh Rusia. D. KESIMPULAN Data pengindraan jauh dibagi menjadi dua, yaitu data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer dan data visual yang dianalisis secara manual. Data visual dibedakan menjadi dua yaitu data citra dan data noncitra. Data citra berupa gambaran yang mirip wujud aslinya atau setidaknya berupa gambaran planimetrik. Data noncitra pada umumnya berupa garis atau grafik. Lingkungan merupakan semua faktor atau hal yang ada di dalam ruang, baik ituberupa benda atau suatu keadaan dimana manusia ada didalam nya lengkap denganberbagai perilakunya dan diantara kesemuanya akan terjadi hubungan timbal balik dansaling mempengaruhi. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yangmempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pemanfaatan dalam kajian sumber daya bumi dan lingkungan 1 Pemetaan penggunaan lahan. Inventarisasi penggunaan lahan penting dilakukan untuk mengetahui apakah pemetaan lahan yang dilakukan oleh aktivitas manusia sesuai dengan potensi ataupun daya dukungnya. Penggunaan lahan yang sesuai memperoleh hasil yang baik, tetapi lambat laun hasil yang diperoleh akan menurun sejalan dengan menurunnya potensi dan daya dukung lahan tersebut. Integrasi teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu bentuk yang potensial dalam penyusunan 6 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME l , NOMOR l, bulan tahun 03-22 arahan fungsi penggunaan lahan. Dasar penggunaan lahan dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan penelitian, perencanaan, dan pengembangan wilayah. Contohnya penggunaan lahan untuk usaha pertanian atau budidaya permukiman. 2 Mengumpulkan data kerusakan lingkungan karena berbagai sebab. Data dan teknologi penginderaan jauh tentu saja dapat dimanfaatkan terutama dalam kegiatan pemantauan bencana alam. Melalui data penginderaan jauh dalam hal ini citra Landsat ETM+ dapat untuk mengetahui tutupan vegetasi di daerah hutan atau adanya indikasi penggundulan hutan. Lapisan tanah yang relatif tebal tersebut terutama sekali tersebar pada bagian lereng-lereng bawah, sebagian tertutupi oleh tumbuhan hutan tropis savana warna hijau, sebagian dimanfaatkan penduduk setempat untuk tanaman semusim dan sebagian lagi terutama tampak jelas pada citra satelit Landsat ETM+ spot berwarna merah terang yang mengindikasikan lahan yang telah gundul. 3 Analisis eksploitasi sumber daya alam. Citra inderaja dengan resolusi spasial menengah 30 meter dapat memberikan gambaran mengenai wilayah pertambangan cukup baik. Untuk dapat memperoleh gambaran wilayah pertambangan yang lebih detail, penggunaan citra resolusi tinggi diperlukan. Lingkungan pertambangan secara garis besar tampak pada citra dari perubahan kondisi lingkungan fisik seperti misalnya perubahan bentuk mukabumi landscape, perubahan tutupan vegetasi land cover dan akibat dari penggalian tambang, khususnya galian di permukaan bumi. Wilayah pertambangan yang dikelola dengan baik pada umumnya relatif teratur, efisien dan rapih sebaliknya apabila pengelolaannya kurang baik perusakan permukaan tidak teratur dan acak. Dalam kajian Vulkanologi Data penginderaan jauh untuk kegunungapian dapat memberikan informasi mengenai bentuk dan sebaran produk erupsi seperti endapan piroklastik, aliran dan kubah lava dari bentuknya yang khas. Disamping itu data penginderaan jauh dapat juga memberikan gambaran mengenai komplek vulkanik dan sejarah erupsinya yang tercermin dari perbedaan derajat erosi,gunung api aktif dengan sebaran piroklastik dan aliran lahar. Dalam kajian geologi Bencana alam seperti gempa, gerakan tanah, letusan gunungapi dan banjir merupakan jenis bencana yang berkaitan erat dengan proses dinamika bumi. Gejala geologi tersebut sangat umum terjadi di Indonesia karena letaknya di jalur tektonik aktif di satu pihak dan kondisi klimatologi denga curah hujan tahunan tinggi di lain pihak. Bencana alam geologi yang seringkali mengakibatkan korban jiwa dan materi dalam hal tertentu dapat pula Setyaningrum,Manfaat Citra.... 7 berpengaruh terhadap kegiatan sektor pertambangan. Citra satelit penginderaan jauh dapat memberikan informasi mengenai kerawanan bencana alam tersebut secara regional dengan cepat dengan akurasi cukup baik. Dengan menggabungkan dengan data lain yang berkaitan dengan bencana tersebut, informasi lebih detail akan dapat diperoleh dengan lebih baik DAFTAR PUSTAKA Student Terpelajar. 2021. Pengertian Citra Dalam Geografi. Yusuf. 2021. Relevansi Pengetahuan Masyarakat Tentanglingkungan Dan Etika Lingkungan Denganpartisipasinya Dalam Pelestarian Lingkungan. Geografi. 2017. Pemanfaatan Citra dan Foto Udara. Rosyidah, Emmy Malichatur. 2019. Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh Untuk Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Di Kabupaten Madiun. Simarmata, Nirmawana dkk. 2019. Analisis Transformasi Indeks Ndvi, Ndwi Dan Savi Untuk Identifikasi Kerapatan Vegetasi Mangrove Menggunakan Citra Sentinel Di Pesisir Timur Provinsi Lampung. 192 Ayuningtyas, Istiqomah dan Artiningsih. 2019. Evaluasi Metode Verifikasi Lokasi Dan Pemutakhiran Profil Permukiman Kumuh Dalam Penyusunan Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan Rp2kpkp. 17 2 Faradiba, Nadia. 2021. Manfaat Citra dalam Bidang Geologi Naaufizams. 2018. Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh Dalam Bidang Lingkungan. Lindungi Hutan. 2021. Pengertian dan Manfaat Penginderaan Jauh di Berbagai Bidang. Malik, Adam. 2021. Jenis-jenis Citra. Pratama, Cahya Dicky. 2020. Jenis-Jenis Citra Penginderaan Jauh. Geovolcan. 2021. Jenis-Jenis Citra Satelit. 8 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME l , NOMOR l, bulan tahun 03-22 Adiani, Nabila. 2021. Pengelompokan Jenis-Jenis Citra Foto dalam Penginderaan Jauh. Panehutan. 2020. Jenis- Jenis Citra. Pratama, Cahya Dicky. 2022. Unsur – Unsur Intepretasi Citra. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Citra dan Foto UdaraGeografiGeografi. 2017. Pemanfaatan Citra dan Foto Udara. Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh Untuk Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Di Kabupaten MadiunEmmy RosyidahMalichaturRosyidah, Emmy Malichatur. 2019. Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh Untuk Pembangunan Ruang Terbuka Hijau Di Kabupaten Madiun. n/337257144_PEMANFAATAN_CITR A_PENGINDERAAN_JAUH_UNTUK _PEMBANGUNAN_RUANG_TERBU KA_HIJAU_DI_KABUPATEN_MADI UN Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh Dalam Bidang LingkunganNaaufizamsNaaufizams. 2018. Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh Dalam Bidang Lingkungan. Jenis-Jenis Citra Penginderaan JauhCahya PratamaDickyPratama, Cahya Dicky. 2020. Jenis-Jenis Citra Penginderaan Jauh. 20/12/10/163916469/jenis-jenis-citrapenginderaan-jauh?page=all Pengelompokan Jenis-Jenis Citra Foto dalam Penginderaan JauhNabila AdianiAdiani, Nabila. 2021. Pengelompokan Jenis-Jenis Citra Foto dalam Penginderaan Jauh. gelompokan-jenis-jenis-citra-fotodalam-penginderaan-jauh?page=all Unsur -Unsur Intepretasi CitraCahya PratamaDickyPratama, Cahya Dicky. 2022. Unsur -Unsur Intepretasi Citra. 20/11/25/152538369/unsur-unsurinterpretasi-citra?page=all
foto udara dan citra satelit